Narasi Visual Meditasi

Pillow Art adalah salah satu aktivasi di rangkaian wahana "Behind Those Eyes". Peserta dikasih bantal bentuk kepala Redmiller, abis itu boleh ngerespons si bantal sekehendak hatinya. Sebelum ngerespons, peserta diajak masuk ke dalem dirinya, ngeliat apa yang sungguh penting buat mereka, dan ngelepasin  atribut serta tuntutan (atau yang mereka pikir tuntutan) sosial. 

Aktivasi yang dibagi dua kloter ini sempet bikin Dea agak bingung. Dea nggak tau gimana cara ngajak peserta masuk ke dalam dirinya.

Setelah ngevaluasi kloter pertama, lahirlah ide bikin sesi meditasi visual. Narasinya disesuaikan sama konteks dan tujuan Redmiller Blood. 

Dea belum pernah nuntun orang meditasi visual sama sekali. Tapi berhubung konon salah satu kuncinya narasi, Dea coba pelajarin dan bikin ini:


Guide Meditasi Visual Pillow Art - Redmiller Blood:

 

·        Selamat siang, Pether tadi udah cerita tentang Redmiller Blood, 

·        Sebelum teman-teman di sini berkarya aku ajak masuk ke dunia imajinasi

·        Selama sekitar 10 menit ponsel bisa di-silent dulu supaya jangan tiba-tiba bunyi.

·        Pastiin posisi duduk sekarang nyaman kayak mau berkendaraan jauh

·        Coba visualisasikan secara imajinatif apa yang aku ceritain nanti.  

·    Tegakkan punggung, tutup mata supaya nggak terdistraksi, mulai tarik napas panjang lepaskan.

 


(Musik masuk)

  • Tarik napas napas dalam dan embuskan. Tarik napas dalam, dan embuskan. Di setiap tarikan napas, ambil udara sebanyak yang kamu perlu, dan lepaskan ketegangan kamu sedikit demi sedikit. Sadari napas kamu apa adanya, buat diri kamu semakin rileks dan izinkan diri kamu untuk tenggelam semakin dan semakin dalam, semakin dan semakin nyaman. Setelah merasa nyaman, bayangkan diri kamu menjadi ringan seperti balon yang pemberatnya dilepaskan. Kamu membiarkan diri kamu terbang jauuuh ke tempat yang belum pernah kamu tau (jeda)
  • Selamat datang di dunia tanpa sekat-sekat.  Saat ini kamu sedang melayang tanpa gravitasi di suatu ruang yang dingin dan luas. Kamu merasa rileks di situ.
  • Ketika kamu sedang melayang-layang, seberkas cahaya datang perlahan seperti memilih kamu. Dia berhenti di atas kepala kamu, menyentuh ubun-ubun seperti matahari pagi, memberi kamu kehangatan yang nyaman, sehingga kamu berserah pada cahaya itu. Kamu membiarkan cahaya itu mengalir seperti air hangat ke seluruh tubuh kamu, bergulir di sekujur kulit, sampai ke ujung-ujung jari, sehingga kamu merasa dipeluk dan diberi rasa aman. Ia meresap masuk melalui pori-pori kemudian tinggal di dalam jantung kamu dan mengedarkan kehangatan yang ia berikan melalui darah yang mengalir di tubuh kamu (jeda).
  • Cahaya hangat itu memberi kamu kekuatan. Kamu yang tadinya melayang-layang tanpa daya jadi melihat, ruang tanpa sekat itu penuh dengan hal-hal yang memesona kamu. Kamu jadi terdorong untuk mendayungkan kaki-kaki kamu bergerak mendekati apa pun yang menarik perhatian kamu. Mungkin bintang-bintang, mungkin benda-benda tertentu, mungkin ingatan-ingatan paling berkesan (jeda)
  • Sampai pada suatu momen, di kejauhan kamu melihat bola kristal biru yang cantik sekali bergerak ke arah kamu. Perhatian kamu terpusat ke sana.
  • Saat bola kristal tersebut sampai ke dekatmu, kamu meraihnya. Ukurannya persis segenggaman tangan kamu. Kamu menyentuh permukaannya yang dingin kaca dan mulus. Saat memegangnya dengan dua tangan, kamu merasakan energi yang kamu kenal; energi dari hal-hal paling nyaman dalam hidup kamu. Mungkin aroma yang membuat kamu tenang, mungkin suara yang selalu kamu kangeni, mungkin juga ingatan atas orang-orang yang paling kamu sayang, atau apa pun yang menyamankan kamu (jeda)
  • Kamu menatap bola kristal biru itu untuk menemukan sumber energinya. Ternyata kamu malah menemukan pantulan diri kamu sendiri di sana. Kamu melihat lebih dekat dan menyadari, di pusat bola kristal itu, terdapat cahaya kecil mirip mutiara. Seiring dengan hela napasmu (I breathe), si cahaya kian besar, kian terang, dan kamu ternyata tak asing dengan pendarnya. Cahaya tersebut adalah potensi kamu yang tak ada batasnya, bibit jati diri kamu yang paling spesifik, dan terang yang hanya perlu kamu pantik saat kamu butuhkan.
  • Ketika cahaya itu semakin besar dan memancar keluar dari bola kristal, kamu memutuskan untuk masuk ke dalamnya. Cahaya itu melindungi kepala kamu dari segala hal di luar yang berusaha menyerang pikiran kamu. Mungkin dari gosip-gosip tentang diri kamu atau dari serabut over thinking yang kadang-kadang berkembang biak di dalam kepala kamu atau pikiran apa pun yang mengganggu (jeda)
  • Sebagian berkas cahaya yang melingkupimu memendarkan pelangi, menguarkan aroma tanah basah sehabis hujan dan daun pandan yang menyamankan. Sekali lagi kamu melihat refleksi kamu di bola kristal biru tersebut. Kamu tersenyum karena kamu sadar sebetulnya kamu sudah mempunyai semua yang kamu butuhkan.
  • Kamu meletakkan bola kristal itu di permukaan pelangi. Pelangi itu kemudian membungkusnya lembut, sementara cahaya yang tadi dipancarkan bola kristal biru dan kamu masuki, tetap membungkusmu seperti pakaian terbaik yang paling nyaman di tubuhmu. Kamu berbalik arah, bergerak kembali ke tempat kamu berangkat tadi, bersalut cahaya di dalam dan di luar diri. Kamu merasakan sense of purpose yang lugu sekaligus kuat, apa pun purpose itu. Kamu pun sadar, memiliki cahaya yang begitu limpah membuat kamu selalu ingin berbagi. Kamu tahu kamu adalah sumber daya yang tidak terbatas.
  • Kamu kembali ke tempat duduk kamu. Merasakan kembali tubuh kamu menjejak didukung kursi. Kamu mendengarkan suara-suara di sekitar kamu. Kamu sudah kembali dari dunia imajinasi, tetapi cahaya yang kamu bawa dari sana tetap tinggal di dalam diri kamu. Mulai kini, cahaya itu menjadi pusat keberadaan dirimu.
  • Sekarang, buka mata kamu, selamat datang kembali di Grey Art Gallery dan selamat berkarya.  
 


 

Sebelum masuk ke Pillow Art kloter dua, Dea sempet latian dulu. Kelinci percobaannya si Ikanpaus. Dea nyari lagu yang cocok (pakai ini akhirnya), ngetes efektif apa enggaknya, ngitung waktu, dan bulak-balik evaluasi. Di sesi dua Pillow Art, metode ini kayaknya lumayan berhasil. Setelah meditasi visual, kami ngebahas pengalamannya dan cukup menghangatkan.

Ada yang mau coba?



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Behind Those Eyes

Zoomsical Bianglala

Desa Timun Musim Pertama