Indahnya Pertumbuhan dan Humanitas Baru (Dies Natalis ke-69 Unpar)

Civitas Akademika Parahyangan terkasih,

 

Hari ini aku merayakan ulang tahun ke-69. Tidak lagi muda, tetapi belum cukup tua untuk sebuah lembaga pendidikan yang dititipi begitu banyak harapan dan cita-cita. Bagiku, menyaksikan Civitas Akademika Parahyangan berganti dari generasi ke generasi, bertumbuh dan berkembang, adalah suatu kemewahan. Setelah 69 tahun berjalan dan memelihara misi humanitas secara estafet lewat pendidikan tinggi, aku akan mengajak kalian melakukan kilas balik dan mengeja kembali bagaimana semua ditata dan dititi.

 

Kita memulai semuanya selepas masa kolonial. Ketika itu, Indonesia adalah bangsa muda yang sedang membangun identitas diri. Cendekiawan Katolik berpartisipasi membangun bangsa lewat pendidikan tinggi. "Humanitas-pasca-kolonial" kita nyatakan lewat upaya untuk merangkul semua pihak ketika persaingan ideologi semakin tak kenal kompromi. Sambil berupaya melunturkan citra bahwa Katolik adalah produk kolonial, kita sanggup bertahan, dan membuahkan hasil kendati pun lamban. Kita berhasil melakukan sinergi nasional, berdiri sebagai universitas Katolik pertama di Indonesia, dan berperan sentral dalam membangun bangsa, di Jawa Barat khususnya.

 

Pada fase selanjutnya, kita memasuki era "humanitas-Pancasila". Kita memperbaiki kualitas diri dan melakukan konsolidasi lokal sambil memperkuat ideologi nasional. Namun saat negara berkembang kian otoriter dan menjadi penuh represi, saat semua perguruan tinggi diberangus dan dinormalisasi, kita tak cukup heroik untuk bersikap tegas dan bereaksi.  Kita bermain aman dengan berbenah ke dalam, dengan melakukan berbagai restrukturisasi. Kurikulum, proses studi dan standarisasi jenjang, kita benahi. Ya, Civitas Akademika terkasih, saat itu kita memang seolah mengikuti arus saja, mengalir. Tapi sesungguhnya kita tak pernah kehilangan prinsip; dan sikap kritis kita salurkan melalui jalur langsung ke hulu, bukan ke hilir. Memang ada saatnya, berdiri di wilayah abu-abu dan kesanggupan berkompromi terasa sebagai "humanitas yang paling bijaksana".

 

Namun, saat kondisi nasional kian menegangkan dan rentan terhadap perpecahan, kita didesak keluar dari zona nyaman dan memilih pijakan. Di puncak kemelut ‘98, kita berhasil menyalakan kembali alasan kita membangun masyarakat melalui pendidikan. Dan ironis, di tahun yang penuh prahara, kita justru dinobatkan sebagai universitas swasta terbaik di Indonesia. Begitulah, kadang kiblat humanitas kita memang berubah secara tak terduga.

 

Civitas Akademika yang terkasih,

 

waktu terus bergerak dan wajah zaman berganti. Agar terus bertumbuh, kita harus tetap mampu menyesuaikan diri. Setelah melewati masa reformasi yang berapi-api, sampailah kita pada situasi global, era baru yang tengah kita jalani saat ini. Di masa ini kita dituntut melakukan perubahan radikal yang tidak sederhana. Namun, cita-cita kita tetaplah: membangun bangsa. Kita perlu menggali cara berpikir lokal, tetapi harus berkiprah di tataran global. Sebagai bangsa yang merdeka dan setara, kita perlu memberi sumbangan bagi dunia.  

 

Civitas Akademika yang terkasih,

 

Humanitas adalah benang merah yang menghubungkan visi kita dari zaman ke zaman. Berprestasi adalah bersetia pada visi humanistik kita; adalah menjadikan manusia dan kemanusiaan sebagai poros pertumbuhan utama. Mungkin waktu dan perkembangan zaman akan memberi kita kesempatan meraksasa, tetapi pada tiap momen pertumbuhan kita,  setiap manusia yang bernaung pada kitalah yang harus kita besarkan bersama.  

 

Civitas Akademika yang terkasih, terima kasih karena masih berdiri bersamaku sampai hari ini. Semoga kita bertumbuh secara indah, tetap amanah dan berbuah limpah.

 

Salam,

Universitas Katolik Parahyangan.

dipinjam dari situs resmi Universitas Parahyangan
 

Buat Dea, nulis untuk Dies Natalis ke-69 Unpar adalah suatu kehormatan, kesempatan, dan pengalaman seru. Narasi ini hadir bersama video buatan Muhammad Akbar. Foto-foto dan risetnya disusun Mas Henrycus Napitsunargo dan Ari Respati. Narasinya dibacain Rayhan Sudrajat. Penyuntingnya Prof. Bambang Sugiharto 😱

Waktu ngobrol sama Ari, baca hasil risetnya, dan tau apa aja yang mau disampein lewat narasi, Dea nyoba ngebayangin karakter Unpar dan gimana kalau Unpar sendiri yang ngomong ke Civitas Akademikanya. Kira-kira apa yang dia rasain setelah ngeliat perkembangan Unpar dari taun ke taun dan ketemu sama Civitas Akademika berganti-ganti? Kira-kira dia mau ngomong dengan sudut pandang kayak apa? Mau ngucapin apa ke Civitas Akademikanya? Unpar nggak sempurna, tapi jadi "manusiawi".  Setelah nulis, walaupun Unpar bukan almamater Dea, Dea jadi sayang sama Unpar.

Ini Dea kasih video Oratio Dies Natalis ke-69 Unpar 17 Januari 2024 lalu, ya. Video Dies Natalisnya mulai di menit ke 27:30, ya. 

 

Buat Universitas Parahyangan, terima kasih buat kesempatannya. Buat temen-temen yang bersama-sama di proyek ini, terima kasih karena udah jadi tim yang asoy sehingga video ini hadir sebagai paket sederhana tapi manis di hari ulang tahun ke-69 Unpar.



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Behind Those Eyes

Zoomsical Bianglala

Desa Timun Musim Pertama