Redmiller Experience - Utopia
Alkisah di masa yang lampau, tersebutlah pulau jauh tak tersentuh bernama Utopia. Jika kini ia sedekat genggaman gawaimu, akankah kamu memasukinya?
Media sosial membingkai dunia dalam kesempurnaan semu; tampilan fisik bak dewa- dewi, pasangan yang memiliki segalanya, pencapaian instan tanpa jatuh-bangun berarti, serta kemewahan yang tak ada habisnya. Hidup di-filter sampai kehilangan teksturnya. Batas antara mimpi dan kenyataan pudar. Tanpa sadar, manusia terjebak dalam dunia ideal yang tak pernah betul-betul ada. Dalam dunia Utopia.
Gagasan Utopia lahir pada abad ke-16 dalam buku Sir Thomas More. Utopia adalah pulau dengan kehidupan serba ideal; ditulis sebagai sindiran atas kegagalan sistem yang mempertajam kesenjangan di Eropa, khususnya Inggris. Nama Utopia adalah perpaduan kata bahasa Yunani eu-topos (tempat yang baik) dan ou-topos (tempat yang tidak ada). Artinya, kesempurnaan Utopia yang disuguhkan Sir Thomas More bukan tujuan yang mungkin dan harus dicapai, tetapi bentuk ironi yang mengajak masyarkat melihat bahwa “yang tersedia” bukan berarti “yang seharusnya”.
Istilah Utopia bergulir dan mengambil makna sesuai konteks zamannya. Di era ini, Utopia adalah dunia ideal yang dikampanyekan secara provokatif, terutama melalui media sosial. Namun, alih-alih menjadi ironi yang memantik kesadaran, Utopia justru menjadi tujuan migrasi. Kesempurnaan semu yang ditawarkan dunia maya dipercaya sebagai eu-topos yang menjanjikan, padahal sesungguhnya ia adalah ou-topos yang memerangkap manusia dalam dunia tanpa substansi. Ia menuntut manusia terus mengejar bentuk ideal yang tak pernah ada, hidup dalam bayang-bayang ketakutan tidak diterima, tidak dicintai, dan akhirnya disingkirkan jika gagal memenuhi standar kesempurnaan, serta menjadikan manusia asing dengan dirinya sendiri karena enggan melepas topeng demi menutupi kerapuhannya. Pada ou-topos yang mendaku diri sebagai eu-topos, nilai, makna, dan kualitas otentiklah yang justru tersingkir dan tak mendapat tempat.
Seperti dalam Utopia yang ditulis Sir Thomas More, karya-karya Peter Rhian kembali menampilkan Utopia sebagai ironi. Redmiller Blood, tokoh mungil berambut merah yang menjadi representasi otentisitas dan kerapuhan manusia, hadir sebagai cermin kita di Utopia baru. “Utopia Garden 2025”, “Utopia #1”, dan “Utopia #2” adalah fragmen-fragmen dari satu tema besar yaitu Taman Eden yang dalam beberapa kebudayaan merupakan simbol tempat paling sempurna. Redmiller yang berperan sebagai Adam menghuni Taman Eden bersama pasangannya, Hawa. Di taman molek tersebut tak ada rasa sakit, tak ada cela, semua makhluk hidup makmur bergembira, tetapi tanpa hati nurani. Secara jenaka pada “Utopia #2” Peter menggambarkan Redmiller memanen buah terlarang yang menjadi simbol dosa tanpa perasaan bersalah.
Ruang dan waktu datar pada “Utopia 2025” menyiratkan realitas ganjil dalam linimasa yang tak normal. Petunjuk tersebut mengajak kita mempertanyakan apakah Taman Eden betul-betul ada di dunia ini? Jika semua yang kita lihat di media sosial hanya ilusi yang dikonstruksi, untuk apa kita mati-matian mengejar standar-standar kesempurnaannya? Bukankah Adam dan Hawa juga jatuh ketika berambisi mencapai kesempurnaan?
Utopia bukan tentang menciptakan surga di dunia, tetapi mewaspadai neraka yang dapat kita buat sendiri. Utopia yang hadir dalam pameran ini menjaga kesadaran dan mengingatkan kita untuk selalu memeriksa, memperbaiki, memaknai, dan tak begitu saja menerima “yang tersedia” sebagai “yang seharusnya”.
Aku mengamati warna-warni Redmiller Blood dan kefrustrasian yang diam-diam mengintai di balik dunia yang ia gambarkan. Di dalam hati aku jadi bertanya. Apakah ini memang Utopia, atau justru distopia yang bersembunyi di balik gemerlap?
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea
Bukan Kurator
Redmiller Experience yang kali ini diadain di Bali. Dea nggak dateng karena jauh, tapi doa dan support Dea selalu menyertai.
Bangga banget sama Redmiller dan Peter yang nggak putus asa maju terus sampai sejauh ini. Dea seneng bisa jadi bagian dari perjalanan Redmiller. Semoga akan lebih banyak lagi hal baik dan seru yang bisa dibagi Redmiller ke depannya, ya..
Komentar
Posting Komentar