Ngabotram: Life is What You Make


 

Ketika pindah ke Bandung bertahun-tahun lalu, aku berkenalan dengan istilah botram alias potluck. Namun, secara rasa bahasa, pada kata botram aku mengecap kearifan lokal yang tak kutemukan dalam kata potluck.

 

Ada sifat guyub khas Jawa Barat, ada kesederhanaan dalam penyajiannya, ada keleluasaan menjadi diri sendiri, dan ada upaya untuk menjunjung kenyamanan bersama di atas kerumitan dan tututan. Sejauh pengalamanku, apa yang kita bawa saat ngabotram adalah sesuatu yang dekat dengan kita. Bisa masakan andalan, sesuatu yang paling mudah kita bawa, bahan-bahan yang tumbuh di kebun sendiri, jajanan favorit, atau santapan-santapan yang ingin kita perkenalkan kepada orang lain. Life is what you bring, sebab apa pun yang kita bawa saat ngabotram, berpotensi menjadi pintu menuju cerita hidup kita atau apa yang ingin kita presentasikan.

 

"Life is What You Make" adalah botram lukisan dan drawing dari lingkar pertemanan Gemma Guardi, Prabu Perdana, Sumastania (Dea), Tennesee Caroline (Iten), dan Tommy Aditama Putra. Di perhelatan kecil ini, masing-masing mereka membawa “sajian” yang sudah siap. Sekadar untuk bertukar cerita tentang hidup, because life is what you make.

 

Gemma yang berlatar belakang desainer grafis hadir dengan karya-karya hitam-putih. Ia mengawinkan anggota tubuh manusia dengan berbagai hal yang bukan pasangannya dalam realita, tetapi dijadikan fit in secara makna dan visual. Ambil contoh pistol dengan barrel penis atau knalpot berasap yang tersambung dengan tengkorak.

 

Pelukis Prabu Perdana masih konsisten dengan seri Daily Lanscape-nya. Sebagai sajian di Life is What You Make, Prabu membawa karya-karya berukuran 30x30 cm. Beberapa tahun terakhir, dalam karya-karyanya, Prabu banyak mengeksplorasi lanskap-lanskap sepi tanpa kehadiran manusia. Kesepian itu dikuatkannya dengan pilihan warna-warna dusty yang memberi kesan ditinggalkan.

 

Warna-warna yang dihadirkan Dea bertolak belakang dengan Prabu. Dalam karya bertajuk The Basement yang ditorehkan dengan akrilik di atas kanvas, Dea berbicara mengenai perspektif. Permainan bentuk dan warna cerah yang ditampilkan Dea membuat apa yang penting dan tidak menjadi relatif. Apa pun yang kita lihat dan nilai sangat bergantung pada posisi dan jarak pandang kita. 

 

Muralis Tennessee Caroline hadir dengan seri Suku Pipi Tembem. Pada lukisan-lukisan ilustratif yang konon terinspirasi dari puterinya sendiri, Iten menghadirkan tokoh yang menggemaskan tetapi grumpy. Si grumpy ini menjelma tokoh-tokoh dongeng populer seperti Tudung Merah dan Putri Salju. Kenaifan kekanak-kanakan hadir sepaket dengan kesadaran dewasa men-twist norma dari dongeng dan segala pesan moralnya.

 

Seniman Tommy Aditama Putra hadir dengan satu seri karya gore 18x18 cm yang dikandangi dalam bingkai kayu hitam. Satwa yang digambar dengan garis-garis tegas milipen dan cipratan cat air merah yang terasosiasi dengan darah hadir konsisten di setiap karya Tommy. Kesatiran gambar Tommy semakin kuat saat bersanding dengan judulnya, misalnya We’ve Had Wonderful Times Together untuk gambar tikus dengan mulut belepotan darah.    

 

"Life is What You Make" adalah cara lain seniman-seniman ini menanyakan kabar sambil ngabotram. Menariknya, kelima seniman kita membuka “kotak bekal” mereka selebar-lebarnya untuk menjamu kita. Kita boleh ikut mencicipi bahkan tak tertutup kemungkinan membagi apa yang kita punya dengan cara kita. Berbeda dengan hidangan harfiah yang ada habisnya, karya seni adalah sesuatu yang tak pernah habis dikecap, dicerna, dan diproduksi kembali dalam berbagai bentuk. Kebutuhan eksplorasi kitalah yang menentukan batas kenyang kita sendiri.

Jika "Life is What You Make" adalah botram karya seni, aku yakin semesta mengantarnya ke lokasi yang tepat: Kunasi. Sebagai orang-orang Indonesia, bukankah apa pun memang kita santap ku nasi?

 

Selamat berpameran lima sekawan, izin icip-icip botramnya sambil bertanya:

 

So, how’s life?

 

Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,

Sundea

Bukan kurator

----

Pindai ini untuk katalog lengkap pamerannya:


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Behind Those Eyes

Zoomsical Bianglala

Desa Timun Musim Pertama