Nostalgia

"Dea, waktu nulis 'Nostalgia', kan judul awalnya 'Pulang'. Apa yang mendasari bikin liriknya?" tanya Ci Fatma, pengaba dan direktur musik Aperto Singers.

"Nggak tau hahaha. Isi liriknya apa juga aku udah lupa, parah deh Ci :))

"Ini..." Ci Fatma kemudian mengirim lirik lagu yang Dea tulis untuk Aperto Singers.

 

PULANG

Di ruang yang remang, berpendar pohon terang
Kerlipnya seperti bintang, seindah kunang-kunang
Ingatanku menerawang, mencari jalan pulang

Kuingat suatu masa yang hangat
Ketika kumasih kecil sangat
Kucari hadiah untukku
Di bawah pohon yang berkilau
Ibu dan ayah selalu bilang,
"Semalam Sinterklas datang, diam-diam"

Di ruang yang remang, berpendar pohon terang
Kerlipnya seperti bintang, seindah kunang-kunang
Ingatanku menerawang, mencari jalan pulang

Kuingat suatu masa yang hangat
Ketika kumasih kecil sangat
Kastengel, nastar, dan puteri salju
Dibingkis dalam kemasan lucu
Ibu dan ayah selalu bilang,
"Natal waktu tuk memberi, Sayang"

Di ruang yang remang, berpendar pohon terang
Kerlipnya seperti bintang, seindah kunang-kunang
Ingatanku menerawang, mencari jalan pulang

Pada secuplik nostalgia, hatiku menemukan rumah
Di ruang yang temaram, hatiku terpeluk tentram. 

 

"Ooo, aku kebayangnya yang nyanyi anak rantau yang nggak bisa balik aja sih. Lebih kayak satu cerpen simpel, tapi dijadiin lirik. Ada tokoh yang dateng, nyeritain apa yang dia alamin, dan aku nyampein pesen dia lewat tulisan. Makanya setelah nulis aku nggak inget juga ceritanya, soalnya aku nyampein apa yang aku 'denger' saat itu, bukan pengalaman pribadi atau orang yang Dea kenal," jawab Dea.

Setelah itu obrolan menjadi panjang. Ada kisah personal yang haru, yang membuat Dea sendiri tercengang. Dea percaya si tokoh memang memilih Dea untuk sarananya bercerita.

Buat Dea, pengalaman menulis cerita fiksi selalu sureal. Setiap tokoh selalu nyata. Mereka meminta Dea menulis karena butuh seseorang yang dapat mengantar mereka sampai ke ujung cerita. Mereka butuh seseorang yang dapat menyampaikan pikiran dan perasaan mereka, mengurai hal-hal yang tidak mereka mengerti,dan mempertemukan kisah mereka dengan orang-orang yang membutuhkan. 

Ternyata lewat lirik ini juga begitu. Tapi karena pertemanan Dea dan si tokoh hanya sebatas lirik, tanpa wawancara panjang, Dea belum sempat menggali terlalu dalam. Dea pikir, toh Dea tidak butuh terlalu banyak tahu dan kenal untuk menulis lirik.

Padahal, seperti orang-orang pada umumnya, tokoh ini mempunyai pergulantan batin sendiri walaupun tidak dapat Dea lihat secara langsung.

Tapi Dea senang karena si tokoh yang bahkan belum sempat Dea tanya namanya, sampai kepada orang-orang yang tepat. Entah di mana ujung cerita tokoh ini, tetapi Dea sadar betapa ia tidak sendiri. Inilah orang-orang yang bersama-sama menyampaikan pesannya:

APERTO Singers Fatmawati Djunaidi conductor 

NOSTALGIA 

lyrics by Sundea 

composed by Ken Steven 

orchestra arr. by Fauzie Wiriadisastra

Terima kasih buat kesempatannya, Aperto Singers. Buat si tokoh yang belum sempat Dea kenal terlalu jauh, terima kasih karena sudah memilih Dea. Mungkin kita akan bertemu lagi di lain kesempatan...

Ini lagunya:








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Behind Those Eyes

Zoomsical Bianglala

Desa Timun Musim Pertama