250 Tahun Mbah Beethoven
Di Bandung Philharmonic Children Performance edisi 250 tahun Beethoven, ada selingan cerita-cerita Beethoven. Supaya atraktif, si cerita hadir dalam bentuk sandiwara boneka sederhana. Dea bertugas bikin ceritanya.
Karena
nggak tau banyak tentang tokoh musik klasik, Dea ngelakuin riset
kecil-kecilan. Riset itu ternyata bikin Dea terkesan banget sama
karakter Mbah Beethoven. Dia pemarah, tapi loveable. Jenius musik yg
tumbuh di bawah tekanan. Agak sarkastik, tapi buat Dea nggak terkesan
berracun kayak nyinyiran medsos jaman sekarang. Sebagai orang Batak, Dea
ngerasa marah-marah dan celetukan Beethoven mirip ompung-ompung.
Meskipun belum tau bener apa enggak, konon kata-kata terakhirnya sebelum
meninggal adalah:
"Applaud, my friends, the comedy is over..."
Beethoven berlomba dengan waktu. Dia terus berkarya sambil pelan-pelan keilangan pendengarannya. "Symphony no.9" yang lebih kita kenal dengan "Ode to Joy" adalah karya besar terakhir beliau, yang ditulis dalam keadaan tuli
total. Beethoven nulis komposisi dan "ngedenger" semua musik itu cuma di dalem kepalanya.
Milih bagian terpenting dan ngerangkum idup
Beethoven di satu sandiwara boneka sangat sederhana dengan segala keterbatasannya ternyata nggak
gampang, tapi possible and exciting. Meskipun nggak terlalu lengkap dan seadanya, semoga sandiwara boneka yang kami tayangin bikin
anak-anak jatuh sayang dan justru pengen cari tau lebih banyak tentang Mbah
Beethoven.
Ketika baca dan nonton film Beethoven, Dea somehow
ngerasa dia semacem rockstaryangg lahir kecepetan. Seniman idealis dengan
attitude melampaui jamannya. Salah satu hal simpel yang menurut Dea
menarik, ketika orang-orang di jamannya rambutnya masih klimis-klimis
bahkan pake wig, dia udah menganut gaya rambut gondrong acak-acakan 😂
Btw, apakah seseorang yang udah meninggal masih bisa dibilang "berulang tahun"?
Dea rasa iya.
Beethoven panjang umur karena spiritnya nggak pernah mati, selalu ngasih pengaruh dari generasi ke generasi.
Tim divisi anak-anak Bandung Philharmonic yang ceria |
Tambahan cerita di balik penggarapan:
Awalnya, sosok Mbah Beethoven di Bandung Philharmonic Performance mau Dea bikin jadi hantu dan ceritanya Dea bikin serem-serem lucu. Secara beliau kan udah meninggal dan
spirit-nya hadir di tengah-tengah kita lewat karyanya. Waktu ngebahas
judul acara, ada dua judul yang Dea tawarin dan langsung ditolak
mentah-mentah:
.
1. Jalangkung for Kids
2. Pengabdi Musik Klasik: Mbah datang lagi
Sebutan
"Mbah" tetep dipake, meskipun konsep hantu-hantuan--padahal udah
ditawar jadi hantu baik hati kayak Casper--tetep nggak diterima
khalayak karena berbagai pertimbangan untuk misi mendidik, orangtua, anak-anak, dan tentunya citra Divisi Anak Bandung Philharmonic sendiri. Dea bisa ngerti ehe-ehe-ehe.
Konsep yang dipakai akhirnya memang lebih manis dan bisa diterima siapa aja. MC Irene Sugirehardja
ngobrol-ngobrol sama Mbah Beethoven yang sesekali nyeritain hal-hal
terpenting di idupnya. Di sela-sela itu,ada sandiwara boneka, informasi-informasi seputar
Beethoven, musik klasik, dan kebaikan hidup yang disisipin utk
anak-anak yang hadir. Lewat performance yang ceritanya hadiah ulangtaun untuk
Simbah, anak-anak juga ngasah bakatnya dan belajar mengapresiasi
temen-temennya.
Komentar
Posting Komentar