Tanpa Sangkar
Dimuat di Minorbacaankecil edisi #07: Dunia Binatang, 2005
=========================================================
Cangkurileung
dipelihara tanpa sangkar. Dia dibiarkan memilih; bertengger di
palangkringnya atau terbang ke manapun dia mau. Di sana saya melihat
demokrasi. Tuan bukan sekadar tuan, peliharaan bukan sekadar
peliharaan.
“Nggak takut burungnya kabur, Pak?”
“Nggak, Neng.”
“Burung kan punya sayap. Dia bisa terbang kapanpun dia mau.”
“Tapi cangkurileung saya nggak akan ke mana-mana.”
“Yakin, Pak?
Pak pemilik burung cuma tersenyum.
Ternyata
cangkurileung memilih tinggal. Di sana saya melihat kesetiaan dan
kepercayaan. Tuan bukan sekadar Tuan, peliharaan bukan sekadar
peliharaan.
Beberapa saat kemudian seekor cangkurileung lain hinggap di palangkring Pak pemilik burung.
“Wah, sekarang cangkurileungnya ada dua.”
“Betul, Neng, cangkurileung yang betina ini juga nggak akan ke mana-mana.”
“Kok Bapak yakin? Burung-burungnya Bapak pelet, ya?”
Pak pemilik burung tersenyum penuh misteri, “Mau tahu rahasianya?”
Saya mengangguk.
“Lihat,
Neng,” kata Pak pemilik burung sambil meraih palangkring. Didekatkannya
palangkring itu ke wajah saya, lalu ditunjukannya seutas tali tipis
yang mengikat kaki cangkurileung dengan palangkring. “Cangkurileung saya
sebetulnya cuma umpan. Dia bisa memikat cangkurileung betina dan... cluk... cangkurileung betina itu hinggap di palangkring saya.”
Gugur
sudah semua anggapan saya tentang demokrasi, kesetiaan, dan
kepercayaan. Tuan bukan sekadar tuan, peliharaan bukan sekadar
peliharaan.
“Tapi, kok, betinanya bisa nggak kabur-kabur juga? Kan kakinya belum diikat.”
Pak
pemilik burung tersenyum lagi, “Lihat ini, Neng,” katanya sambil
menunjuk cairan kental keputihan pada palangkring. “Ini lem. Begitu
hinggap di palangkring ini kaki si cangkurileung betina langsung
lengket. Dia jadi nggak bisa ke mana-mana lagi.”
“Oh.”
“Nah, habis ini si betina mau saya jual. Yang jantan tetap saya jadikan umpan.”
“Oh.”
Dua
ekor cangkurileung berdiri tak berdaya pada palangkring. Kaki yang
melekat membuat udara bebas di sekitar mereka tak lagi ada gunanya.
Meskipun dipelihara tanpa sangkar, mereka ternyata lebih tersangkar dari
burung lainnya.
Kira-kira apa yang cangkurileung jantan rasakan saat berulang kali melihat sesamanya ____ para betina _____ terjerumus
bahaya karena dia? Saya lalu teringat pada tentara-tentara perang
Vietnam. Sebagian dari mereka bukan tentara betulan yang secara fisik
maupun mental siap menghadapi medan pertempuran. Akibatnya, meskipun
sesudah perang raga mereka berhasil selamat, kadang gangguan jiwa tak
dapat dihindari.
Saya diam sejenak, menelan apa yang baru saya lihat dan pikirkan .Tiba-tiba sepotong lagu anak-anak yang populer, Burung Kutilang, berdengung-dengung di kepala saya
Sambil berlompat-lompatan
Paruhnya s’lalu terbuka
Digeleng-gelengkan kepalanya
Dengan tak jemu-jemu
Tandanya suka dia berseru, “TRILILILILILILILI!!!”
Suka? Yakin? Menurut saya kutilang itu lebih terdengar seperti kutilang frustrasi.
Sundea
Jatinangor, 12 Mei 2005
Komentar
Posting Komentar