Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Jari-jari Drupadi

Gambar
Tulisan ini merupakan bagian dari proyek kolaboratif  Drupadi.id . Dibacakan dengan teatrikal dan powerful di Contrastcoffee oleh the one and only Naomi Arsyad .   Drupadi mengamati kelima jari tangan kanannya. Semua ia namai sesuai dengan nama kelima pacarnya. “Bima, Yudhistira, Arjuna, Nakula, Sadewa,” gumam Drupadi sambil mengurutkan jari-jarinya dari jempol sampai kelingking. Senyum terbit di bibir Drupadi ketika mengingat mereka satu persatu. Sambil mulai mengecat kukunya dengan kuteks merah, Drupadi membayangkan wajah setiap mereka. Pertama-tama Drupadi menguteks kuku jempolnya. Bima. Bima bukan yang paling ganteng, tapi tubuhnya paling besar dan berisi. Nah. Cinta Bima pada Drupadi sama besar dan berisinya dengan tubuhnya itu. Bima bukan kesayangan Drupadi, tapi Drupadi selamanya menjadi kesayangan Bima. Bima memanjakan Drupadi. Bima memuja Drupadi. Meskipun cukup mandiri, Drupadi senang bermanja-manja dengan sikap heroik Bima kepadanya. “ Like this !” D

Perempuan-perempuan yang Mendengarkan Detak Jantungnya

Gambar
Kuratorial untuk pameran "Tafsir Rupa dan Gerak Bukan Perawan Maria".  Katalog lengkapnya dapat diunduh di sini .              Perjalanan kumpulan cerita pendek “Bukan Perawan Maria” berangkat dari pertanyaan Feby Indirani kepada dirinya sendiri: “Apa sebetulnya tradisi saya?”             Darah Minang, Batak, dan Sunda mengalir di tubuhnya. Ia tumbuh di lingkungan urban dan hidup di tengah berbagai budaya yang saling mempengaruhi. Setelah menelusuri dan berkontempelasi, Feby sampai kepada simpulan ini: “Islam adalah tradisi saya”.              Tradisi berpangkal pada hal-hal substansial yang tak terpisah dari diri Feby. Mempertanyakan dan menggalinya menghasilkan sembilan belas cerita dalam kumpulan cerita pendek “Bukan Perawan Maria”.             Pameran “Tafsir Rupa dan Gerak Bukan Perawan Maria” adalah kegiatan seni yang bertolak dari kumpulan cerpen tersebut. Enam perempuan perupa lintas disipilin: Arum Tresnaningtyas,   AY Sekar F, Galuh Pangestri

Tujuh Seniman

Gambar
Ini tulisan personal, hasil ngobrol dengan ketujuh seniman yang terlibat di pameran "Tafsir Rupa dan Gerak Bukan Perawan Maria" Perempuan yang Kehilangan Wajahnya Tafsir cerpen “Perempuan yang Kehilangan Wajahnya” – Arum Tresnaningtyas             Ia seperti berdiri, di balik punggung si pelukis, mengamatinya yang sedang menyempurnakan lukisan wajahnya, dan sempat mengagumi kecantikannya sendiri pada lukisan itu.             “Apa yang bikin kamu pilih cerita ini?” tanya saya kepada Arum.             “Karena langsung kebayang visualnya aja ,” sahut Arum.             Setelah dibahas lebih panjang, fotografer yang kekinian ini ternyata tertarik pada fenomena swafoto pada perempuan-perempuan berhijab di media sosial. Meskipun tidak lagi memperlihatkan wajah secara terbuka, mereka masih tetap berusaha “hadir”.             “Ada yang foto siluet aja, ada yang dari samping, ada yang tangannya aja, ” jelas Arum. Saat melihat-lihat model hijab, Arum p